Senin, 30 November 2009

Ikan Di Waduk Darma Terserang Virus Aeromonas

KUNINGAN (SJB).- PARA petani ikan yang menggunakan jaring apung di Waduk Darma Kabupaten Kuningan dibuat resah. Pasalnya ikan-ikan yang ada didalam jaring apung milik salah seorang petani, terlihat lemas dengan kondisi hampir mati. Ikan tersebut ternyata terserang virus aeromonas. Kontan saja, pemilik jaring tersebut terpaksa menjual ikannya dengan harga dibawah standar alias murah meriah.
      Namun tidak semua petani ikan jaring apung di Waduk Darma, mengalami kerugian akibat virus aeromonas. Sebut saja Juhanda (47) warga Desa Jagara Blok Cikembang RT. 09, Kecamatan Darma, Ia yang sehari-hari menjadi pengelola jaring apung milik orang lain menuturkan, ikan yang terkena virus aeromonas harus cepat-cepat diangkat dari lahan jaring apung karena dikhawatirkan vutus tersebut akan menyebar ke jaring apung lainnya. “Alhamdulillah jaring ikan yang berada dalam jaring apung yangh saya kelola tidak terkena virus aeromonas,” katanya.
       Mengelola ikan dalam jaring apung, lanjutnya, membutuhkan kesabaran dan harus cepat tanggap. Jika dia melihat gejala ikan berenang terseok-seok, maka ikan tersebut harus segera diangkat kemudian dibuang ke darat. Bila tidak mau rugi, dijual ke penampung walaupun dengan harga murah. Bukan hanya itu, kewaspadaan Mang Juhanda dalam mengelola ikan dalam jaring apung tidak mengenal siang maupun malam. “Pada malam hari saya ditemani anak tidur di lokasi jaring apung, untuk menjaga ikan serta mengantisipasi adanya pencurian,” paparnya.
    Mang Juhanda sudah 17 tahun menjadi pengelola ikan jaring apung. Kontribusi yang dia terima dari pemilik jaring apung berupa gaji. Selain mengelola jarring apung milik orang lain, dia pun memiliki 12 lokal jaring apung. Harga jual ikan 15 ribu rupiah per kilonya. Tapi jika persediaan ikan di pasar melimpah maka harga jual ikan turun drastis. Penyebabnya adalah adanya kiriman ikan dari luar Kabupaten Kuningan dengan kapasitas yang banyak masuk ke pasar. Sehingga persediaan ikan melimpah sedangkan jumlah pembeli tetap. “Ikan yang ada di pasar tidak tahan lama, paling kuat dua hari, setelah itu akan mati,” terangnya.
        Menurutnya, pengadaan bibit ikan untuk jaring apung di Kaupaten Kuningan paling bagus dilakukan pada Bulan November karena tiga atau empat bulan kemudian, antara Bulan Januari atau Februari sudah siap dipanen dengan harga jual yang stabil. Mengapa demikian ?, Juhanda menerangkan, pada bulan-bulan tersebut memasuki musim kemarau, sehingga petani ikan yang ada di kota besar seperti Bandung tidak akan membudi daya ikan. “Biasanya dui musim kemarau aliran sungai atau situ di kota besar rentan tercema limbah pabrik, sehingga petani ikan di sana menghentikan sementara budi daya ikan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kabid Perikanan Dinas Pertanian Kab. Kuningan, Ir. Dindin Koswara, ketika hendak dikonfirmasi Seputar Jabar mengenai wabah virus aeromonas yang menyerang petani ikan jaring apung di Waduk Darma, tidak ada di tempat. “Bapak sedang sakit,” ujar salah seorang staf. Ketika dicari tahu penyebab virus tersebut, staf di Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kab. Kuningan, ternyata tidak mau memberikan informasi sedikitpun, dengan alasan hal itu kewenangan kabid. (deha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar