Rabu, 05 Desember 2007

Jabar Peringkat 2 Epidemi HIV/AIDS


KUNINGAN (SJB),- Dari 14.628 kasus pengidap HIV/AIDS di Indonesia, ternyata jumlah terbesar ke 2 ditempati Provinsi Jawa Barat dengan 1.861 kasus (0,86%). Sementara di Kabupaten Kuningan, terdapat 46 kasus (0,02%) atau 2,47% untuk tingkat Provinsi Jawa Barat. Sedangkan khusus narkoba, Kabupaten Kuningan mengalami peningkatan sekitar 5 kasus. Di tahun 2006 saja terdapat 27 kasus namun pada tahun 2007 mencapai 32 kasus. Demikian disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KIPDA) Kuningan, Drs. H. Aan Suharso, MSi, pada Sosialisasi Informasi ”Stop AIDS, Kasih Sayang dan Keteladan, Tepat Janji”, kegiatan memperingati Hari AIDS sedunia yang diselenggarakan Departemen Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia, bertempat di Alun-alun Desa/Kec. Kadugede, Kabupaten Kuningan.

    Dikatakan, berdasarkan data resmi dari Departemen Kesehatan RI pada akhir Juni 2007, secara kumulatif jumlah dengan HIV dan AIDS tercatat sebanyak 14.628 kasus AIDS yang terdiri dari 5.813 kasus HIV dan 9.689 kasus AIDS. Dilihat dari kelompok umur pengidap terbesar terdapat pada kelompok 20-29 tahun, sebanyak 53,9%, disusul 30-39 tahun  sebanyak 27,7%.

    Faktor penyebab utama penyebaran HIV/AID, lanjut Aan, didominasi oleh nafza suntik atau narkoba yang  mempergunakan jarum suntik sebesar 49,1%, sedangkan heteroseksual 42,1% dan homoseksual 4,1%. Menurut data UNAIDS, jumlah pengidap HIV dan AIS di Indonesia sudah mencapai 160. sampai 216.000 orang.

    Disampung itu,  Indonesia tergolong sebagai negara dengan epidemi HIV dan AIDS terkonsentrasi, dimana pada wilayah-wilayah tertentu prevalensinya sudah mencapai 5%. Selain itu, UNAIDS mencatat di dunia saat ini setiap hari terdapat lebih dari 5.000 orang pengidap baru HIV dan AIDS yang berusia antara 15-24 tahun. Dan hampir 1.800 orang hidup dengan HIV positif dibawah usia 15 tahun tertular dari ibunya dan 1.400 anak meninggal akibat mengalami fese AIDS. “Data tersebut menunjukan betapa besar resiko yang dihadapi kelompok penduduk usia muda saat ini,” terangnya.

    Globalisasi, papar Aan, factor penyebab terjadinya epidemik yang begitu cepat, dimana arus imnformasi dan mobilitas penduduk begitu cepat mebenmbus batas antar Negara. SDementara ikatan kekeluargaan, nilai-nilai budaya dalam mansyarakat dan ketatan beragama sudah mengalami erosi yang berakibat kurang diharapkannya fungsi keluarga. Disamping itu, rendagnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) khususnya dalam cara-cara melindungi diri dari perilaku seksuial berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan HIV/AIDS.

    Penanggulangan bahaya HIV/AIDS bukan semata-mata tanggungjawab pemerintah saja, akan tetapi merupakan kewajiban semua komponen masyarakat dan berbagai pihak. Perlunya meningkatkan sosialisasi dan inforrmasi kepada khalayak, baik melalui media cetak, elektronik maupun seni budaya seperti halnya pagelaran wayang golek.

    Tampak hadir Bupati Kuningan, H. Aang Hamid Suganda, S.Sos beserta muspida, Kepala Pusat Informasi Kesra Depkominfo, Drs. Sofyan Tanjung, M.Si, Kepala Badan Komunikasi Kearsipan dan Perpustakaan (BKKP) Kabupaten Kuningan, Drs. Asep Muharam dan tamu undangan lainnya. Pembukaan sosialisasi dibuka secara secara resmi dengan menyerahkan satu wayang golek oleh Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KIPDA) Kuningan, Drs. H. Aan Suharso, MSi kepada dalang Dadan Sunandar Putra, disaksikan oleh ratusan masyarakat Kadugede dan sekitarnya. (deha)