Selasa, 08 Januari 2008

Gadis Kecil Penderita Infeksi Otak : Elsa Butuh Uluran Tangan Dermawan



KUNINGAN (SJB). MALANG nian nasib Elsa (4) putri ketiga pasangan Kusmadi (35) dan Cicih (35) warga Rt. 04 Rw. 04 Blok Bojong Desa Kadatuan, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Tidak ada lagi keceriaan layaknya anak-anak lain yang sebaya dengannya. Redup mata dan raut wajahnya akan ”mengiris hati dan menyayat perasaan” setiap orang yang melihatnya. Betapa tidak,  gadis kecil kelahiran 1 Nopember 2003 itu, selama 2 tahun 2 bulan harus menderita penyakit infeksi otak.

    Infeksi otak mirip penyakit stroke yang biasa dialami orang dewasa. Seperti halnya Elsa, dia tidak bisa bergerak atau menggerakkan anggota tubuhnya. Bahkan lehernyapun tidak kuat menahan beban berat kepalanya. Jadi leher bagian belakang harus ditahan oleh tangan orang yang menggendong atau memangkunya.

    Elsa tidak bisa bicara, dia hanya bisa menangis. Kedua orangtuanya hanya bisa pasrah menerima nasib yang menimpa putri ketiganya. Maklum saja, Kusmadi hanyalah seorang buruh tani dan tidak sanggup membiyayai pengobatan putrinya. Kendati Elsa pernah dirawat di RSU 45 Kab. Kuningan pada tanggal 18 Desember 2005 sampai dengan 2 Januari 2006 dengan menggunakan pelayanan Askeskin dan dilampiri Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) tapi tidak membawa perubahan yang berarti bagi kesehatan Elsa. Bahkan kedua orangtuanya tetap harus membayar biaya pengobatan selama Elsa dirawat karena pelayanan Askeskin maupun SKTM hanya berlaku untuk kamar tidur.

    Atas dasar kemanusiaan, Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golkar Kecamatan Garawangi, Dadang Sudiman, BA, beserta jajarannya baik di tingkat kecamatan maupun Desa Kadatuan, berupaya untuk membantu penderitaan Elsa. Pada awalnya Kusmadi dan isterinya menolak penawaran yang dimediasi oleh Dadang Sudiman, BA agar Elsa bisa dirawat di Rumah Sakit Djuanda secara gratis. Namun setelah mendengarkan nasehat dari tokoh masyarakat setempat, akhirnya Kusmadi bersedia menerima tawaran dari PK Partai Golkar Kecamatan Garawangi tersebut.

    Kasus Elsa pada awalnya terkuak ketika Partai Golkar Kabupaten Kuningan dalam memperingati HUT ke 43 menggelar kegiatan Bakti Sosial Pengobatan cuma-cuma kepada masyarakat tidak mampu di beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Kuningan, termasuk di Desa Kadatuan Kecamatan Garawangi. Berkat laporan masyarakat setempat, kasus Elsa mendapat perhatian serius dari Direktur RS Djuanda, Ny. Hj. Rini Sardjono, yang juga ikut dalam kegiatan baksos tersebut.

    Dikatakan Rini, RS Djuanda Kabupaten Kuningan bersedia untuk mengobati dan merawat Elsa tanpa dipungut biaya, termasuk menyediakan konsumsi atau makan bagi 2 orang yang menunggu Elsa selama dirawat di RS Djuanda. Bahkan jika Elsa harus dibawa ke rumah sakit lain, seperti halnya ke Jakarta, maka segala biaya akan ditanggung oleh RS Djuanda. ”Kami siap membantu pengobatan dan perawatan Elsa sampai sembuh,” ungkapnya. 

Kesulitan sosial yang dialami oleh keluarga Kusmadi, tidak tertutup kemungkinan terjadi juga di daerah lain. Dan hal itu merupakan fenomena tragis bahwa masyarakat di Kabupaten Kuningan ternyata masih banyak yang miskin atau tidak mampu. Ironis memang, sementara pemerintah sekarang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang termasuk Bidang Pendidikan, Ekonomi/Daya Beli dan Kesehatan atau lebih dikenal dengan Program Pendanaan Akselerasi Kompetisi Indek Pembangunan Manusia (PPK IPM, red) dengan kucuran dana bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 20 milyar kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan. (dadang hendrayudha)

KUNINGAN (SJB). MALANG nian nasib Elsa (4) putri ketiga pasangan Kusmadi (35) dan Cicih (35) warga Rt. 04 Rw. 04 Blok Bojong Desa Kadatuan, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Tidak ada lagi keceriaan layaknya anak-anak lain yang sebaya dengannya. Redup mata dan raut wajahnya akan ”mengiris hati dan menyayat perasaan” setiap orang yang melihatnya. Betapa tidak,  gadis kecil kelahiran 1 Nopember 2003 itu, selama 2 tahun 2 bulan harus menderita penyakit infeksi otak.

    Infeksi otak mirip penyakit stroke yang biasa dialami orang dewasa. Seperti halnya Elsa, dia tidak bisa bergerak atau menggerakkan anggota tubuhnya. Bahkan lehernyapun tidak kuat menahan beban berat kepalanya. Jadi leher bagian belakang harus ditahan oleh tangan orang yang menggendong atau memangkunya.

    Elsa tidak bisa bicara, dia hanya bisa menangis. Kedua orangtuanya hanya bisa pasrah menerima nasib yang menimpa putri ketiganya. Maklum saja, Kusmadi hanyalah seorang buruh tani dan tidak sanggup membiyayai pengobatan putrinya. Kendati Elsa pernah dirawat di RSU 45 Kab. Kuningan pada tanggal 18 Desember 2005 sampai dengan 2 Januari 2006 dengan menggunakan pelayanan Askeskin dan dilampiri Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) tapi tidak membawa perubahan yang berarti bagi kesehatan Elsa. Bahkan kedua orangtuanya tetap harus membayar biaya pengobatan selama Elsa dirawat karena pelayanan Askeskin maupun SKTM hanya berlaku untuk kamar tidur.

    Atas dasar kemanusiaan, Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golkar Kecamatan Garawangi, Dadang Sudiman, BA, beserta jajarannya baik di tingkat kecamatan maupun Desa Kadatuan, berupaya untuk membantu penderitaan Elsa. Pada awalnya Kusmadi dan isterinya menolak penawaran yang dimediasi oleh Dadang Sudiman, BA agar Elsa bisa dirawat di Rumah Sakit Djuanda secara gratis. Namun setelah mendengarkan nasehat dari tokoh masyarakat setempat, akhirnya Kusmadi bersedia menerima tawaran dari PK Partai Golkar Kecamatan Garawangi tersebut.

    Kasus Elsa pada awalnya terkuak ketika Partai Golkar Kabupaten Kuningan dalam memperingati HUT ke 43 menggelar kegiatan Bakti Sosial Pengobatan cuma-cuma kepada masyarakat tidak mampu di beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Kuningan, termasuk di Desa Kadatuan Kecamatan Garawangi. Berkat laporan masyarakat setempat, kasus Elsa mendapat perhatian serius dari Direktur RS Djuanda, Ny. Hj. Rini Sardjono, yang juga ikut dalam kegiatan baksos tersebut.

    Dikatakan Rini, RS Djuanda Kabupaten Kuningan bersedia untuk mengobati dan merawat Elsa tanpa dipungut biaya, termasuk menyediakan konsumsi atau makan bagi 2 orang yang menunggu Elsa selama dirawat di RS Djuanda. Bahkan jika Elsa harus dibawa ke rumah sakit lain, seperti halnya ke Jakarta, maka segala biaya akan ditanggung oleh RS Djuanda. ”Kami siap membantu pengobatan dan perawatan Elsa sampai sembuh,” ungkapnya. 

Kesulitan sosial yang dialami oleh keluarga Kusmadi, tidak tertutup kemungkinan terjadi juga di daerah lain. Dan hal itu merupakan fenomena tragis bahwa masyarakat di Kabupaten Kuningan ternyata masih banyak yang miskin atau tidak mampu. Ironis memang, sementara pemerintah sekarang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang termasuk Bidang Pendidikan, Ekonomi/Daya Beli dan Kesehatan atau lebih dikenal dengan Program Pendanaan Akselerasi Kompetisi Indek Pembangunan Manusia (PPK IPM, red) dengan kucuran dana bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 20 milyar kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan. (dadang hendrayudha)