Senin, 04 Agustus 2008

Kasus HIV/AIDS Naik, Anggaran Minim


Pemda Prov. Jabar Diminta Turuntangan :

Kasus HIV/AIDS Naik, Anggaran Minim

KUNINGAN (SJB).- KASUS HIV/AIDS di Indonesia dewasa ini sangat mengkhawatirkan. Menurut sumber Direktorat Jenderal PPM dan PI Departemen Kesehatan RI, dalam laporan triwulan Januari - Maret 2008, diketahui jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 11.868. Sedangkan Pengguna Narkoba Suntik (penasun) 5.834 kasus dan meninggal dunia akibat virus yang mematikan tersebut 2.488 orang.

Secara nasional, urutan lima besar provinsi yang termasuk rawan penyebaran virus HIV/AIDS adalah Provinsi DKI Jakarta, AIDS  3.077, penasun  2.240 dan meninggal 495. Disusul Provinsi Jawa Barat, AIDS  1.835, penasun  1.474 dan meninggal 365. Kemudian Provinsi Papua, AIDS  1.382, penasun 4 dan  meninggal 241. Lalu Provinsi  Jawa Timur, AIDS  1.159, penasun  592 dan  meninggal 321. Urutan kelima, Prov. Bali,  AIDS  799, penasun 194 dan   meninggal 130. Prevalensi kasus AIDS per 100 ribu penduduk berdasarkan provinsi, yakni Prov. Papua 75,05 persen, Prov. DKI Jakarta 33,77 persen, Prov. Bali 22,91 persen, Prov. Kepulauan Riau 20,53 persen. Urutan kelima, Prov. Kalimantan  Barat 18,76 persen. Sedangkan Prov. Jawa Barat pada posisi ke 10 yakni 4,69 persen.

    Klasifikasi menurut jenis kelamin, laki-laki, AIDS  9.337 dan  penasun 5.420. Sedangkan perempuan, AIDS  2.466  dan  penasun 373. Sementara yang belum diketahui secara pasti, laki-laki 65 dan perempuan 41. Klasifikasi menurut faktor resiko, antara lain, heteroseksual 5.079, homo-biseksual 451, penasun 5.839, transfusi darah 10, transmisi perinatal 202 dan tak diketahui secara pasti 297. Klasifikasi menurut usia, sebagai berikut, dibawah satu tahun AIDS 56 dan penasun nihil, 1-4 tahun AIDS 141 dan penasun nihil, 5-14 tahun AIDS 42 dan penasun nihil, 15-19 tahun AIDS 387 dan penasun 110. Kemudian 20-29 tahun AIDS 6.364 dan penasun 3.976, 30-39 tahun AIDS 3.298 dan penasun 1.383, 40-49 tahun AIDS 936 dan penasun 199, 50-59 tahun AIDS 243 dan penasun 30. Usia diatas 60 tahun AIDS 58 dan penasun 12, sementara yang  yang belum diketahui secara pasti, AIDS 371 dan penasun 121.

Hanya saja, dalam laporan menurut klasifikasi wilayah kabupaten/kota, ternyata Kabupaten Kuningan tidak tercantum. Padahal kasus AIDS di kabupaten yang berpenduduk 1.115.472 tersebut, hingga pertengahan Tahun 2008 mencapai 96 kasus. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kab. Kuningan, Drs H. Aan Suharso, MSi, ketika dihubungi Seputar Jabar membenarkan, dari 96 kasus HIV/AIDS, 60 persen adalah Injection Drug User atau Pengguna Narkoba Suntik (penasun), 30 persen Wanita Penjaja Seks (WPS), 5 persen LSI dan Balita. “Hasil pemetaan dan pendataan kelompok beresiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS yang dilaksanakan KPAD Kab. Kuningan bekerjasama dengan Yayasan Maha Kasih kepada kelompok pengguna narkoba suntik di 18 kecamatan, diketahui 695 penasun aktif dan pasif, selain itu, 524 dari kelompok wanita penjaja seks yang berada di beberapa cafĂ©, hotel dan lokalisasi terselubung.,” katanya. Oleh karena itu, Aan meminta kepada segenap elemen masyarakat, baik orang tua, pendidik maupun yang tergabung dalam suatu organisasi, agar lebih berperan aktif dalam menekan lajunya penyebaran virus yang mematikan tersebut. Pendidikan di keluarga dengan memberikan pemahaman secara persuasif dan pola hidup yang agamis, merupakan metode cukup efektif dan efesien.

Ditempat terpisah, Ketua Yayasan Maha Kasih Kab. Kuningan, Jafar Sanjaya, ketika dikonfirmasi, menjelaskan, pihaknya telah berupaya dalam pencegahan penularan HIV/AIDS di kalangan penasun, namun karena keterbatasan bantuan anggaran dari Pemkab Kuningan sehingga kegiatan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Penanganan HIV/AIDS yang telah dirintis sejak Tahun 2006, tidak berjalan maksimal. Dikatakan, pada Tahun 2007 hanya mampu menjangkau 90 penasun dan di Tahun 2008 hingga Bulan Juni, hanya 30 penasun. Diakui Jafar, organisasi sosial yang memberikan akses Layanan Kesehatan Dasar, Layanan Pemulihan Ketergantungan Narkoba, Voulontry Counceling Test dan Care Support Treatment tersebut, berharap agar Pemkab Kuningan melalui dinas terkait serius dalam penanganan HIV/AIDS. “Dari 965 penasun, kita baru menjangkau 120 orang atau 18 persen, hal itu disebabkan keterbatasan dana bantuan dari Pemkab Kuningan, terutama bagi penasun yang berada di pelosok,” katanya.

Apalagi tahun sekarang, lanjutnya, Pemkab Kuningan tidak menganggarkan Pos Bantuan untuk penanganan HIV/AIDS. Diakui Jafar, ketika kasus HIV/AIDS naik, mengapa anggaran malah dikurangi dan seolah-olah Pemkab Kuningan menutup mata terhadap upaya pencegahan dan penyelematan masyarakat, khususnya generasi muda dari kehancuran akibat ganasnya virus HIV/AIDS. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat agar lebih meningkatkan perhatiannya ke daerah seperti halnya ke Kabupaten Kuningan. “Apalagi Kang Dede Yusuf sebagai Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat sering mengkampanyekan Anti Narkoba yang rentan terhadap penyebaran HIV/AIDS,” harapnya menutup pembicaraan. (deha)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar